Selasa, 15 November 2016

Psikologi Menejemen

Keragaman Budaya dan Sikap

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Seperti telah diperkirakan oleh banyak kalangan, krisis keuangan dunia yangmenimpa Amerika akan diikuti gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) besar-besarandi berbagai belahan dunia. Setelah AS, Jepang terhempas ke jurang krisis ekonomi, disusulJerman dan negara-negara pengguna mata uang Euro. Krisis ini berpeluang melahirkan krisismultidimensi, di antaranya gejolak sosial di tengah-tengah masyarakat.
Gelombang PHK semakin meluas; mulai dari sektor perbankan dan keuangan hinggasektor perindustrian, manufaktur, insfrastruktur, jasa, dsb. Di Amerika gelombangpengangguran telah mencapai titik tertinggi sejak 5 tahun terakhir, yaitu 6.7%. Menurut IanShepherdson di High Frequency Economics, hanya dalam waktu 6 bulan AS telah kehilangan1.55 juta lapangan kerja, hampir sama besarnya dengan resesi pada 2001 lalu. Angka inidiperkirakan akan terus meningkat mengingat masih belum adanya tanda-tanda perbaikanekonomi yang telah dicanangkan pemerintah Amerika.
Juru bicara raksasa perbankan Citigroup, Richard Tesvich, mengatakankepadaA FP (18/11), pihaknya akan mem-PHK 52,000 karyawannya di seluruh dunia, hal inidilakukan demi menekan kerugian besar akibat krisis subprime mortgage. Lembagakeuangan lainnya juga ikut ambil bagian untuk melakukan PHK. Juni lalu, Bank of AmericaCorp memperkirakan akan mengurangi pegawai sebanyak 7,500 orang dalam dua tahun kedepan. Barclays Plc, yang bermarkas di Inggris, akan mem-PHK 3,000. CommerzbankAG, bank terbesar Jerman, pada 1 September lalu mengumumkan akan memberhentikan9,000 tenaga kerja. Sejumlah perusahaan lain seperti Credit Suisse Group, Fidelity NationalFinancial Inc, First American Group, Goldman Sach Group Inc dan HSBC Holding juga telahatau berencana mem-PHK sebagian karyawannya.
Selain itu, Industri otomotif di AS juga akan merumahkan karyawan karena terancambangkrut. Para eksekutif General Motors, Ford, dan Chrysler dijadwalkan memberikanketerangan di depan Kongres untuk menyelamatkan nasib mereka dan industri otomotifumumnya. Jika PHK massal di sektor otomotif terjadi maka angka pengangguran di AS akansemakin melonjak. Industri manufaktur kehilangan 61,000 pekerja. Bidang konstruksikehilangan 8,000 pekerja dan kemungkinan akan bertambah. Retail kehilangan 20,000pekerja. Akuntan, konsultan dan jasa hukum kehilangan 53,000 pekerja (CNN, 5/12/2008)


Di sisi lain, banyak warga AS yang menggantungkan hidupnya dari pembiayaan kartukredit. Seiring dengan PHK besar-besaran itu, akhirnya banyak warga AS yang kesulitanmembayar tagihan kartu kreditnya. Kini, utang kartu kredit mencapai US$ 1 triliun,sementara kredit macet di sektor perumahan mencapai US$ 14 triliun.
PHK masal tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia. Jumlahpengangguran di Inggris diramalkan menembus 2,9 juta orang pada pertengahan 2010. Saatini rasio pengangguran di Inggris mencapai 5,8 persen. Di Rusia, beberapa perusahaan yangberoperasi di wilayah Rusia sepakat untuk melakukan PHK dan merumahkan sedikitnya200.000 pegawai tahu depan. Di Cina, pabrik pembuat mainan di Cina yang mengeksporproduknya ke Amerika Serikat, seperti Mattel dan Disney, harus menutup pabriknya akibatkrisis keuangan global. Akibatnya, 6000 orang karyawan di PHK. Di Hongkongpengangguran melonjak menjadi 3,5 persen. Adapun rasio pengangguran di negara yangmeggunakan Euro mencapai 7.5%, Jerman 7.5%, Jepang 4% dan Tiongkok 4% dan negara-negara lainnya di barat ataupun di timur tengah ramai melakukan PHK masal.
International Labour Organization (ILO) memperkirakan, jumlah pengangguran diseluruh dunia akan mencapai 210 juta pada akhir 2009. Jumlah itu meningkat sekitar 20 jutaorang jika dibandingkan dengan pengangguran pada 2007, yang mencapai 190 juta orang.Peningkatan itu disebabkan maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yangmelanda banyak industri besar di seluruh dunia.

Di dalam negeri, ekspor barang-barang dari Indonesia menurun karena permintaandari negara-negara maju yang juga menurun. Bahkan ada yang menghentikan kontrakpembelian produk-produk industri garmen-tekstil, kayu dan produk perkebunan dariIndonesia. Akibatnya, pabrik harus menurunkan kapasitas produksinya, ada yang sampai40%. Pukulan lain adalah kemungkinan suku bunga pinjaman dalam negeri juga bergeraknaik. Akibatnya, cicilan pokok dan bunga kredit perusahaan akan semakin membebani danperusahaan pun tak mampu untuk bertahan. Buntutnya adalah rasionalisasi dalam bentukPHK ratusan ribu karyawan industri padat karya di berbagai wilayah pertekstilan Pulau Jawaserta perkayuan Riau dan Kalimantan.
Pemerintah Indonesia, melalui Menkeu/Pejabat Menko Perekonomian Sri Mulyani,menyatakan bahwa dampak krisis ekonomi dunia terhadap perekonomian Indonesia akanberlanjut hingga satu tahun mendatang. Saat ini krisis ekonomi global sudah mulaiberdampak pada sektor riil. Data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasimenunjukkan saat ini 1.396 pekerja sudah di-PHK dan rencananya sekitar 20.930 pekerjajuga akan di-PHK. Selain itu, sekitar 1.025 pekerja sudah dirumahkan dan 18.891 pekerja


Analisis kasus

Dalam sistem ekonomi Islam yang diterapkan oleh negara (Khilafah), PHK sangat
kecil sekali kemungkinannya bakal terjadi. Sebab, prinsip ekonomi Islam yang dianut adalah

penyerapan pasar domestik yang sangat didukung oleh negara dalam rangka memenuhikebutuhan individu masyarakatnya. Ekspor bukan lagi tujuan utama hasil produksi. Sebab,sistem mata uangnya juga sudah sangat stabil, yaitu dengan menggunakan standar emas(dinar dan dirham). Dengan demikian, negara tidak membutuhkan cadangan devisa matauang negara lain karena semua transaksi akan menggunakan dinar/dirham atau dikaitkandengan emas.
Negara juga akan menerapkan sistem transaksi hanya di sektor riil dan menghentikansegala bentuk transaksi ribawi dan non riil lainnya. Dengan begitu, perputaran barang darisektor riil akan sangat cepat dan tidak akan mengalami penumpukkan stok. Penawaran danpermintaan bukanlah indikator untuk menaikkan/menurunkan harga ataupun inflasi, karenajumlah uang yang beredar stabil sehingga harga akan stabil. Negara pun tidak perlu repot-repot mengatur jumlah uang beredar dengan menaikkan/menurunkan suku bunga acuanseperti yang dilakukan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Negara hanya akanmemantau dan memastikan kelancaran proses distribusi barang dan jasa agar segalakebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Selain itu, dalam sistem ekonomi Islam, negaralah yang mengelola sumber kekayaanyang menjadi milik rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat. Dengan demikian,jaminan sosial bagi masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan, akan terpenuhi. Dalamkondisi seperti ini, daya beli masyarakat akan sangat kuat dan stabil. Harga tinggi bukanmerupakan persoalan dalam sistem ekonomi Islam. Dengan terpenuhinya kebutuhan individu,pola hidup masyarakat pun menjadi lebih terarah. Mereka tidak lagi terperangkap dalam polahidup individualis, dengan bersaing dan harus menang, dengan menghalakan segala cara.
Pemerintah saat ini sepertinya telah kehabisan akal sehingga tidak bisa berbuat apa-apa untuk menanggulangi masalah PHK massal tersebut, kecuali hanyawait and see saja.Padahal banyak hal yang bisa dilakukan oleh Pemerintah untuk menghadapi krisis global ini.
Sudah waktunya bagi Pemerintah dan masyarakat untuk memilih jalan keluar terbaikdari permasalahan ini. Caranya adalah dengan mengambil jalan yang ditawarkan Islam, yaknidengan menerapkan sistem ekonomi Islam sekaligus menerapkan sistem pemerintahan Islam.

Masalah Pekerjaan dan Professional
Masalah yang ditemukan dalam Evaluasi Kinerja Perusahaan di PT. Unilever

Dalam rangka meningkatkan produktifitas perusahaan dan memuaskan pelanggan, maka kinerja karyawan perlu mendapat perhatian dari masyarakat, pemerintah maupun swasta. Adanya persaingan global dalam kebebasan perdagangan membuat sebagian besar perusahaan harus ikut berjuang untuk tetap dapat melakukan operasional perusahaannya atau bahkan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Tentu saja hal ini juga memerlukan bantuan dan dukungan yang besar dari para karyawannya karena bagaimanapun juga karyawan perusahaanlah yang merupakan aspek pokok dalam pelaksanaan sebuah perusahaan.
Unilever (dan juga perusahaan – perusahaan lainnya di Indonesia) masih belum memiliki penilaian kinerja yang terintegrasi. Yang ada baru performance apprasial saja. Sistem performance management yang baik seharusnya memiliki performance planning, coaching, saat proses berlangsung, serta performance review. Kondisi tersebut sulit dicapai di Indonesia karena budaya di negeri ini kurang akrab dan adanya aspek kesetaraan atasan – bawahan. Padahal, performance management yang terintegratif dapat berlangsung di luar negeri karena adanya aspek kesetaraan antara atasan dan bawahan, sehingga mereka dapat berinteraksi dalam menentukan target yang harus dicapai. Di Unilever, aspek tawar – menawar target baru berlaku di level direktur. Belum berlaku untuk kepala departemen ke bawah. Jadi, performance planning yang efektif memang belum berjalan.
Dengan adanya suatu hasil observasi ini yang dapat mengevaluasi kinerja karyawan tersebut, diharapkan perusahaan, khususnya PT unilever ini dapat mengantisipasi dan mengadakan pencegahan terhadap beberapa factor tersebut sehingga dapat menanggulangi kinerja buruk yang dapat terjadi pada karyawan mereka sewaktu-waktu. Hal ini diterapkan guna mendapatkan hasil pecapaian produksi perusahaan yang maksimal tanpa mengabaikan kepentingan para karyawannya.

Analisis kasus dan pemecahan masalah

Jumlah karyawan yang bekerja di PT Unilever Indonesia secara keseluruhan pada tanggal 31 Desember 2013 ini adalah mencapai 6.719 karyawan. Hal ini naik dari tahun 2012 yang berjumlah 6.447 karyawan. Hal ini tentu saja bukan jumlah yang sedikit dalam ukuran sebuah perusahaan. Jumlah karyawan yang banyak ini tentu saja membutuhkan perhatian ekstra dari perusahaan Unilever tersebut dalam mengembangkan dan melatih para SDMnya.

Di Unilever, kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih baik dengan gaji yang lebih baik akan sangat tergantung pada performa kerja masing – masing karyawan. Unilever memiliki sistem reward yang sangat fair. Ini bercermin dari sistem reward yang diberikan kepada orang – orang yang memberikan kontribusi terbaiknya bagi perusahaan. Sementara orang yang underperformed (low-performer) akan memperoleh reward yang juga rendah. Sistem ini membuat setiap manajer di Unilever berusaha memberikan performa terbaiknya untuk mencapai target perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar